Bagaimana Nanotech Dapat Menggagalkan Barang Palsu

Penulis :
Share Article
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Tag ID mekanis tidak dapat dikloning, kecil, murah, dan tidak terlihat.

Apa kejahatan kriminal terbesar di dunia? Narkotika? Berjudi? Perdagangan manusia?

Tidak. Kejahatan kriminal terbesar adalah produksi dan perdagangan barang palsu. Kita sendiri mungkin pernah mengalaminya sekali atau beberapa kali, dengan membeli di e-commerce. Kita membeli barang yang menurut kita barang tersebut bermerek tetapi mendapatkan barang palsu dengan kualitas lebih rendah.

Ini adalah taktik yang terlalu umum, perusahaan manufaktur dan distributor legal juga dirugikan karenanya praktik ini. Tetapi bahayanya jauh lebih dalam daripada ditipu saat kita mencari penawaran. Saat membeli obat-obatan, misalnya, kita akan membahayakan kesehatan kita jika kita menerima obat palsu tetapi mereknya sesuai resep dokter. Untuk orang-orang di negara maju rentan diperlakukan dengan obat palsu atau di bawah standar.

Barang elektronik palsu juga merupakan ancaman, karena dapat mengurangi keandalan sistem yang kritis terhadap keselamatan dan bahkan dapat membuat barang elektronik konsumen menjadi berbahaya. Ponsel dan rokok elektrik , misalnya, diketahui meledak di wajah pengguna karena baterai palsu di dalamnya. Tidaklah berlebihan untuk menyamakan proliferasi barang palsu dengan infeksi sistem ekonomi global. Jadi, tidak heran jika banyak orang di industri telah lama mencari cara untuk memerangi momok ini.

Strategi tradisional untuk menggagalkan barang palsu adalah dengan menerapkan semacam penanda otentikasi ke barang asli. Upaya ini termasuk menampilkan pola Universal Product Codes (UPC) dan Quick Response (QR), dan terkadang penyertaan tag identifikasi frekuensi radio (RFID). Tetapi kode UPC dan QR harus jelas sehingga dapat diakses untuk pemindaian optik. Hal ini membuat rentan terhadap penghapusan, kloning, dan daur ulang untuk produk palsu. Tag RFID tidak mudah untuk dikloning, tetapi biasanya membutuhkan antena yang relatif besar, yang membuatnya sulit untuk memberi label pada item tanpa terlihat dengannya. Dan tergantung pada perangkat yang digunakan, biasanya harga perangkat terlalu mahal.

Penemu telah menemukan solusi yang berbeda, yang didasarkan pada sistem nanoelektromekanis frekuensi radio (RF) (NEMS). Seperti tag RFID, perangkat RF NEMS tidak harus terlihat untuk dipindai. Tag RFID tersebut berukuran kecil dan memiliki sifat konstituen yang membuat tag RFID ini sebagian besar kebal terhadap gangguan fisik atau kloning. Untuk harganya rata rata hanya beberapa ratus ribu rupiah.

“Tag RFID yang tidak terlihat bisa menjadi senjata ampuh dalam melawan produk palsu, bahkan uang palsu.”, ungkap Aryo De Wibowo, dosen sekaligus peneliti Teknik Elektro Universitas Nusa Putra dalam perkuliahan Elektronika.